Monday, 23 May 2016

integritas bung hatta

 Pecahnya pasangan dwitunggal kian nyata, biarpun Soekarno selalu menyangkal hal itu. Ini kentara ketika Bung Karno dalam pidatonya di hari Sumpah Pemuda 28 Okrober 1956, ketika ia mencanangkan betapa pentingnya sebuah demokrasi terpimpin. Hatta, sebulan kemudian, ketika dia dikokohkan oleh Universitas Gajah Mada untuk doktor H.C., 27 Nopember, 1956,antara lain berkata  “Demokrasi terpimpin tujuannya baik, tapi cara dan langkah yang hendak diambil untuk melaksanakannya kelihatannya malahan akan menjauhkan dari tujuan yang baik itu.” Sekitar 1957, pertentangan belum meruncing betul. Hatta bahkan dalam sebuah surat kabar menganjurkan bahwa “untuk mengatasi kesulitan yang bertumpuk-tumpuk yang sukar diatasi oleh Kabinet Parlementer dewasa ini, sudah seharusnya diadakan Kabinet Presidentiil di bawah Presiden Sukarno sendiri.
Rupanya, atas desakan berbagai aliran dan partai, Hatta juga mencoba untuk bersatu kembali dengan Sukarno Ini terbukti seperti yang ditulis dalam buku kecilnya Demokrasi Kita (semula diterbitkan oleh majalah Pandji Masjarakat) pada halaman 19: “Bagi saya yang lama bertengkar dengan Soekarno tentang bentuk dan susunan pemerintahan yang efisien, ada baiknya diberikan fair chance dalam waktu yang layak kepada Presiden Soekarno untuk mengalami sendiri, apakah sistimnya itu akan menjadi suatu sukses atau suatu kegagalan sikap ini saya ambil sejak perundingan kami yang tidak berhasil kira-kira dua tahun yang lalu.”
  Hatta menulis Demokrasi Kita di tahun 1960. Tentang DPR, ada pula kritiknya waktu itu: “Dengan perobahan Dewan Perwakilan Rakyat yang terjadi sekarang, di mana semua anggota ditunjuk oleh Presiden, lenyaplah sisa-sisa demokrasi yang penghabisan. Demokrasi terpimpin Soekarno menjadi suatu diktatur yang didukung oleh golongangolongan yang tertentu.” Dan pecahlah ikatan dwitunggal. Dan memang sulit untuk suatu Kabinet Presidentiil kalau Presiden dan Wakil-nya mempunyai pandangan dan pendirian yang berbeda.

 

Sistem Presidensial Yang Dianut Oleh Bung Hatta

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti kurangnya dukungan politik. Tetapi tidak ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melanggar konstitusi, pengkhianatan, dan melibatkan masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Ketika ia dipecat karena pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Model ini diadopsi oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah.
Ciri-ciri pemerintahan presidensial, yaitu:
  • Dipimpin oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara.
  • Kekuasaan eksekutif diangkat menjadi presiden oleh demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
  • Presiden memiliki hak prerogatif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
  • Menteri yang bertanggung jawab hanya untuk kekuasaan eksekutif (tidak kekuasaan legislatif).
  • Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
  • Kekuasaan eksekutif tidak bisa dipaksakan oleh legislatif.

Kelebihan dan kelemahan dari sistem presidensial

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:
  • Cabang eksekutif adalah posisi yang lebih stabil karena tidak tergantung pada parlemen.
  • Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, istilah presiden AS empat tahun, Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
  • Penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
  • Legislatif bukan tempat regenerasi untuk posisi eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar, termasuk anggota parlemen.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:
  • Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak.
  • Sistem Akuntabilitas kurang jelas.
  • Pengambilan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif, sejauh tidak keputusan tegas
  • Membuat keputusan memakan waktu yang lama.



 walaupun ada kekurangan dan kelebihan dari sistem ini seperti proses pembuatan keputusan memakan waktu yang lama,akan tetapi menurut saya keputusan yang diambil oleh bung hatta merupakan suatu contoh dari kekuatan integritas yang beliau punya,kekuatan integritas yang sangat besar yang berpegang pada prinsip-prinsipnya sebuah prinsip yang tidak akan lekang oleh waktu prinsip kesederhanaan,keefektifan dalam jangka panjang yang beliau pegang teguh.walaupun banyak anggota-anggota parlemen atau orang-orang dari eksekutif yang memohon dan meminta beliau untuk kembali pada pemerintahan bersama dengan presiden soekarno.beliau tetap teguh pada pendiriannya, mungkin saja beliau pernah merasa bosan dan capek atau mungkin goyah dengan apa yang diyakini dan diputuskannya tetapi beliau tetap berpegang pada prinsipnya.inilah sebuah integritas yang dapat terlihat dari beliau.

kisah inilah yang mengajariku apa arti integritas!! 



sumber : -http://s-kisah.blogspot.co.id/2012/04/tempo01-april-1978.html
             - http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-sistem-dan-kabinet-presidensial-serta-tugasnya/